Jumat, 12 Juli 2019

Dicari pustakawan yang menguasai bidang ilmu penggunanya

Ingat artikel saya yang berjudul ''Pustakawan untuk siapa''. Barusan topik ini jadi bahan obrolan. Dalam bis jemputan Perpustakaan Nasional. Sepanjang perjalanan dari Bogor ke Jakarta. Kebetulan kalau rapat di Perpunas saya sering ''nebeng'' bis ini. Lumayan. Selain gratis, saya bisa duduk nyaman. Tidak seperti di kereta ''commuter''. Saya harus berebut tempat duduk. Kadang-kadang sudah dapat tempat duduk, terpaksa diberikan para orang lain. Yang lebih membutuhkan. Seperti wanita hamil. Atau orang tua. Meskipun saya sendiri juga tua. Sedangkan di bis jemputan ini, saya bisa duduk nyaman. Karena jumlah kursinya lebih banyak dibanding penumpangnya.
Kembali kepada artikel ''untuk siapa pustakawan'', saya menyampaikan kembali bahwa butir kegiatan pustakawan yang ada saat ini kurang berorietasi kepada layanan publik. Yang menjadi target layanan perpustakaan. Angka kredit yang besar-besar justru bermuara kepada pustakawan itu sendiri. Oleh karena itu saya mengusulkan agar diciptakan layanan soft skill yang bisa dinikmati oleh pengguna perpustakaan. Misalnya pustakawan diberi tugas untuk menyusun tinjauan kepustakaan atau literature review terkait bidang yang menjadi tugas penggunanya. Misalnya, pustakawan yang ditugaskan di perpustakaan pertanian ditugasi menyusun kajian literatur bidang pertanian. Kajian yang selama ini dilakukan hanya terbatas dalam bidang kepustakawanan. Kalau hanya terbatas di bidang perpustakaan, lalu apa yang bisa dinikmati oleh pengguna perpustakaan itu?
Teman perjalanan saya bertanya. ''Kan pustakawan tidak punya keahlian dalam bidang tersebut''. Nah ini persoalannya. Pendidikan perpustakaan tidak membekali mahasiswa/lulusannya dengan bidang ilmu lain.
Saya mengusulkan mestinya jurusan perpustakaan menyediakan mata kuliah elektif. Yang pengajarnya diambil dari fakultas di lingkungan universitasnya. Mengajarkan pengetahuan dasar bidang tersebut. Tidak harus menjadi ahli. Tetapi lulusan itu mengetahui bidang ilmu yang ditekuni oleh para pelanggannya. Sehingga dia bisa melayaninya dengan tepat dan dengan materi sesuai bidang yang diperlukan oleh penggunanya. Misalnya, program studi perpustakaan di IPB dulu mahasiswanya diberi mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Pada awal berdirinya bahkan diajar oleh Prof Andi Hakim Nasution (alm). Mungkin di universitas lain bisa ditawakan mata kuliah dasar fakultas yang ada di universitasnya. Misalnya di UI perlu ditawarkan mata kuliah dasar ilmu hukum, ilmu sosial politik, ilmu kedokteran, ilmu psikologi. Jika jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah elektif sedikit, maka mahasiswa itu harus mengambilnya di fakultas yang bersangkutan. Saya paham pasti mengurusnya cukup sulit. Tapi pasi ada cara yang bisa ditempuh. Jika ada kemajuan.
Cara lain menciptakan pustakawan yang menguasai bidang ilmu lain adalah dengan program gelar ganda. Program ini pernah dilakukan oleh Dirjen Dikti akhir tahun 80an sampai awal tahun 90an. Pada program ini sarjana berbagai bidang disekolahkan lagi ke jurusan ilmu perpustakaan dan mendapatkan gelar sarjana ilmu perpustakaan. Para pustakawan yang memiliki gelar ganda itu sangat paham bidang ilmu yang ditekuni sebelumnya. Maka pustakawan seperti ini akan sangat piawai melayani kebutuhan pengguna yang bidang ilmunya sama dengan bidang ilmu yang dia tekuni. Sebelumnya pada akhir tahun 70an sampai awal tahun 80an, Dirjen Dikti pernah menyelenggarakan yang bernama program sertifikat untuk perpustakaan dan dokumentasi. Pesertanya adalah sarjana berbagai bidang yang diberi pendidikan perpustakaan. Program ini hanya memerlukan waktu enam bulan. Hasilnya adalah subject specialist. Yaitu para sarjana bidang lain yang paham ilmu perpustakaan. Dia juga akan sangat piawai melayani pengguna yang merupakan kolega dia dalam bidang ilmunya.
Dirjen Dikti juga pernah mengirimkan sarjana non perpustakaan untuk belajar perpustakaan. Pada program master atau magister. Dalam negeri dan luar negeri. Program ini dilaksanakan pada akhir 80an sampai 90an. Bersamaan dengan program gelar ganda. Banyak lulusannya yang kemudian menjadi kepala perpustakaan. Setelah sebelumnya malang melintang melayani pengguna. Khususnya yang memiliki bidang ilmu sebidang dengannya. Sebagian lulusannya pindah status. Menjadi dosen. Khususnya yang universitasnya memiliki jurusan ilmu perpustakaan.
Apakah hanya sarjana lain yang diberi pendidikan perpustakaan? Untuk menciptakan pustakawan yang menguasai bidang ilmu lain? Tidak. Bisa saja alumni pendidikan perpustakaan yang disekolahkan ke fakultas non perpustakaan. Ini pernah dilakukan. Setidaknya di IPB. Pada waktu rektornya Prof Andi Hakim Nasution. Beberapa lulusan terbaik program studi perpustakaan dan informatika pertanian diundang tanpa tes masuk IPB. Hasilnya adalah pustakawan yang menguasai bidang ilmu lain. Tentunya bidang ilmu yang ada di IPB. Seperti sosial ekonomi pertanian, statistika dan komputasi, teknologi pertanian dll.
Jadi menurut saya, pustakawan yang baik itu adalah pustakawan yang menguasai atau setidaknya mengetahui bidang ilmu lain. Terutama bidang ilmu yang ditekuni oleh pengguna perpustakaannya. Perjalanan kami tiba di tujuan. Perpustakaan Nasional. Diskusi selesai. (ARS. Perjalanan Bogor-Jakarta, 10 Mei 2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar