Sabtu, 17 Agustus 2024

Kumpulan Puisi Karya ARS

 



Pusi Pertama

Akhir Sebuah Kisah

Sore itu.......
Angin senja dan titik air
Berpacu dalam redup
Membawa kesejukan di hati
Berpadu dalam damai

Kugenggam erat tanganmu
Hangat menjalar dada
Seretan langkahmu
Menuju kedamaian abadi

Ah...abadikah semua itu?
Tidak....
Keremangan senja telah lenyap
Kertas pun jadi abu
Bersama kepingan hati
Yang tergores kepedihan


Kini...
Tinggal harapan yang tersisa
Dari seretan langkahmu
Hampa.....

 

Bogor, ’79.

Puisi Kedua


Brengsek

Antara keramaian manusia dan suara
Dan dalam kesendirianku
Kudengar detak jantungku menegang
Segalanya tegang
Kecuali hati yang menciut
Dan tergeletak bermandikan darah

Ah......brengsek
Wajah itu muncul
Bersama resahnya hati
Kutak kuasa menatap
Dan.....pilu pun ikut berpadu

Bogor ‘79


Puisi Ketiga

Lewat Tengah Malam

 

Lewat tengah malam
Ketika sepi makin melingkup hati
Sementara, suara jangkrik tetap berbunyi
Dalam kelam.........
Sepotong hati terbaring dalam kemelut kelabu

Lewat tengah malam
Ketika seonggok tubuh terbaring
Menatap langit-langit
Kau ada di sana

Kemarin dan hari ini
Tak seorang pun tahu
Kemelut sepotong hati yang terkubur di dasar dada
Kemudian...........
Kau datang di hari esok
Dengan seribu kemungkinan

Dalam kejaran usia yang semakin menua
Hari ini
Kubisikkan tekad
Tuk memetik kebahagiaan
Bersamamu..............

Bogor, 1979


Puisi Keempat

Asaku

Kala senja mulai memudar
Sejuta janji kau ukir dalam cita
Sejuta keindahan kau angankan
Dari nostalgia yang terbengkalai
Dalam kefanaan jiwamu

Sunyi membalut jiwa
Tak kau hiraukan
Kau pelihara bara di dada
Dalam menggapai hakiki hidup 

Kala fajar menyingkap gelap
Rembulan pun mulai memudar
Kutanyakan padamu
Akankah menjadi kenyataan
Sejuta janji yang kau ukir di hatimu
Ataukah hanya kegagalan yang menunggu

 

Bogor, 17 Juli 1979


Puisi Kelima


Sisa Laskar Tua

Dulu ketika muda
Tenaga dan semangatmu menyala
Dunia seakan dalam genggaman jala
Segala keinginan dapat kaucapai

Semua orang datang menghampiri
Mengaku sahabat teman berbagi
Banyak orang bahkan menjadi iri
Karena bagimu semua seakan diujung jari

Kini di usiamu yang senja
Tubuhmu mulai renta
Termakan usia
Berbagai penyakit mulai menyapa

Sahabat dan kawan meninggalkan
Karena kamu tidak dapat digunakan
Hanya sahabat sejati, anak, cucu dan isteri
Yang setia mendampingi

Bagimu tidak ada lagi
Yang masih berarti
Selain berbagi sisa ilmu duniawi
Untuk bekal akhirat nanti 

Tenaga dan semangatmu mulai meredup
Jantungmupun seakan enggan berdegup
Namun jiwa dan semangatmu yang masih hidup
Untuk menatap anak cucu yang hidup cukup

 

(Bogor, 28 Maret 2006)


 Puisi Keenam

 

Untuk Seseorang yang mengaku teman

Ketika aku sudah tenang dan tentram
Menjalani hidup dan karirku
Kamu tiba-tiba hadir dan mengatakan
Kita kan berteman
mana buktinya?

Aku ingat cerita kawan
Kau ungkit peristiwa ketika aku melamar kerja
Kau katakan bahwa berkat kamu
Aku bisa mendapatkan kerja di tempatmu
Hanya karena sepotong informasi bahwa
Pekerjaan itu ada

Lama kemudian waktu berlalu
Karirku di kantor lebih maju
Aku mendapatkan yang aku tuju
Menjadi pengatur laku di kantorku
Bahkan kemudian aku melanglang buana
Tak terbendung oleh apapun

Namun suatu ketika
Perjalanan karirku terhenti
Entah karena apa aku tak mengerti
Sebab perasaanku mengatakan
Bahwa aku sedang berada di puncak tangga
Semua aku bisa raih
Sampai sesuatu yang bahkan orang lain
tak terpikirkan untuk meraihnya

Tiba-tiba aku terjatuh
Satu-satu
Teman-temanku menghindariku
Mencari selamat dan karirnya sendiri
Aku ditinggal pergi
Sendiri….betul-betul sendiri

Namun pelan-pelan aku bangkit
Perlahan meniti karir
Walaupun tak sedikit hambatan
Sampai-sampai akan dipindahkan
Ke tempat yang aku rasa tak mungkin aku bisa berkembang

Permintaan agar aku pindah
Tidak cuma sekali menghampiriku
Bahkan surat permintaan petinggi puncak
Diterima oleh atasanku
Tanya aku tepikan pada atasanku
Apakah dia masih memerlukan aku
Untuk menjadi pembantunya
Di kabinet yang dipimpinnya
Dan…..
Berkat pertanyaanku itu
Aku dipertahankan di kantorku

Kemudian kamu mendapat giliran berkuasa
Aku kau campakkan
Bahkan aku dilemparkan
Pada posisi yang tidak pernah terbayangkan
Oleh siapapun yang menyaksikan 

Tuhan menyelamatkan aku
Dari perasaan hina berada di lingkunganku
Aku diangkat dari lumpur
Untuk menjadi seseorang yang terhormat
Bahkan menjadi lebih tinggi dari posisimu
Dan aku mendapatkan martabatku sebagai manusia

Kini
Setelah aku kembali ke kantorku
Setelah menyelesaikan tugasku di luar sana
Aku melihat kondisi kantorku berubah parah
Dan demi tanggung jawab moral
Aku berusaha menggerakkan semua teman
Untuk mengembalikan marwah kantorku
Seperti dulu

Kemudian tiba-tiba kamu datang
Karena mendengar cerita
Bahwa apa yang terjadi pada diriku dulu
Karena ulahmu,
dan aku tak mau memberimu maaf
Bahkan sampai ke liang kubur
Peristiwa itu kan kubawa

Kamu lempar tanya padaku
Apa bukti kecurigaanku
Sampai-sampai aku tak mau memberi maaf
Ketika kamu dalam suatu kesempatan
Meminta maaf pada semua orang
Aku jelaskan apa yang menjadi kecurigaanku
Atas nasib yang menimpaku

Tapi
Semua kamu ingkari
Bahkan kamu katakan
Mengapa dulu kamu tidak tanyakan
Agar semua bisa diselesaikan
Jangan sampai menunggu sekarang
Karena katamu kita teman

Kalau kita teman
Apakah kamu bisa buktikan
Seperti yang kulakukan dulu ketika aku berkuasa
Aku angkat kamu menjadi pembantuku
Bahkan ketika kamu berulah dan membangkang dari perintahku
Aku membiarkan dan hanya menyaksikan dengan harapan
Kamu kan sadar dan berubah haluan
Ke visi yang sama denganku

Aku juga menolak dengan halus
Permintaan pembantu dan sahabat terdekatku
Untuk menyingkirkanmu dari posisimu
Aku katakan tidak
Karena kau kuanggap teman
Dan aku berjanji pada kawan-kawan
Untuk menasehati dan mengingatkan
Agar kamu bisa menjadi anggota tim yang membanggakan 

Namun
Ketika kamu berkuasa
Dan aku menjadi pembantumu
Aku engkau campakkan
Ke tempat yang menurutku paling hina sehina-hinanya
Apakah itu yang kau katakan berteman? 

Kamu pikir tindakanmu benar
Tapi kamu tidak merasakan akibatnya
Kamu katakan bahwa kamu tidak punya niat
Menyakiti dan menghacurkan aku
Tapi aku merasakan akibat keputusanmu
Kamu bilang kamu tidak pernah menghianati pertemanan kita
Sehingga kamu masih berteriak
Kan kita berteman 

Tapi….bagiku
Biarlah waktu yang membuktikan
Siapa yang menghianati
Siapa yang dikhianati
Siapa yang menyakiti
Siapa yang disakiti

 

(Bogor, akhir Maret 2017)


Puisi Ketujuh

Kekuasaan 

Ketika engkau bersahabat denganku
Apapun bisa kulakukan
Bintang dapat kuraih
Bulan pun bisa kupetik
Ku taklukkan semua orang
Dan aku bertengger di puncakmu

Ketika engkau pergi meninggalkan aku
Dan persahabatanmu kau berikan pada orang lain
Aku menjadi tak berdaya dan tak berharga
Tanpamu aku bukan apa-apa
Orang yang memegangmulah
Yang akan mengemudikan dunia 

Engkau memang bebas berpindah sekehendakmu
Dari satu orang ke orang lain yang engkau sukai
Kedigdayaanmu merajalela
Hanya satu yang bisa mengendalikanmu
Yaitu kebijaksanaan 

Tanpa kebijaksanaan
Orang yang engkau tongkrongi
Akan berbuat semena-mena
Bahkan bisa membelokkan sejarah 

Apakah ini takdir?
Entahlah
Semua jejak masa lalu akan engkau hapuskan
Engkau lumatkan menjadi puing tanpa harga
Tetapi persahabatan dengan kekuasaan itu
Tak pernah kekal
Dan ketika kekuasaan itu menyingkir
Penguasa itu juga akan menjadi jelata 

Hanya jejak yang engkau pahatkan
Melalui dunia maya
Yang akan dikenang orang
Bukan jejak kuasamu 

Hai penguasa sadarkah engkau
Suatu saat akan tiba giliranmu
engkau juga akan menjadi jelata
Dan akan menuai apa yang telah kau tanam

 

Boo, 24 April 2024


 Puisi Kedelapan

Bagai Memelihara Anak Singa 

Dulu kita berteman akrab
Suka duka kuliah
Kita hadapi bersama
Sampai-sampai semua teman iri 

Ketika kita selesai
Kembali ke tempat masing-masing
Lalu engkau datang
Meminta tolong
Agar bisa bekerja di tempatku 

Tanpa curiga
Aku mencarikan jalan
Agar kamu bisa bersamaku
Bahkan berkegiatan denganku
Biarpun orang menentangku
Aku mencoba mentuli bisu 

Pelan tapi pasti
Engkau mendapatkan posisi
Sebagai teman aku mendukungmu
Bahkan tak segan membantu 

Ketika kamu merangkak naik
Ke posisi yang tinggi
Aku malah kamu musuhi
Aku tak mengerti
Kesalahan apa yang aku buat
Sampai-sampai kamu tega memusuhiku 

Kamu tendang aku
Bahkan kamu katakan
Kalau semua orang membenciku
Dan tidak dapat menerima keberadaanku 

Sayang sekali kamu lupa
Keberadaanmu di sini
Berkat usahaku
Tetapi ketika kamu memiliki kuasa
Kamu malah membuangku 

Kini aku sadar
Aku ibarat memelihara anak singa
Ketika kecil dan lucu
Aku ajak bercanda gurau
Tetapi sesudah besar
Ternyata aku diterkamnya
Oh…nasib,
Biarlah Tuhan yang mencatat
Suatu saat perbuatanmu akan berbalas

 

Bogor, 26 Juli 2024


Senin, 12 Agustus 2024

Kisah Cinta Sang Pustakawan

Sinopsis

Persahabatan sekelompok siswa SMA di kota kecil Bangkalan, Jawa Timur di tahun 1970an yang demikian kompak. Ternyata dalam hubungan persahabatan mereka ada cinta yang tumbuh. Celakanya, cinta itu adalah cinta segitiga antara Evan, Fina, dan Diana. Pada malam acara perpisahan mereka Evan memilih menyatakan cintanya kepada Fina. Tetapi beberapa hari kemudian Fina melihat Evan berboncengan dengan Diana. Fina yang cemburu akhirnya memutuskan meninggalkan Evan. Puluhan tahun kemudian Evan menemukan Fina pada sebuah seminar di puncak, Bogor di mana dia menjadi salah seorang pembicaranya. Cinta mereka merekah kembali walau mereka sadar tidak mungkin bisa membawanya ke pelaminan. Perjalanan hidup mereka yang getir membawa status mereka menjadi duda dan janda. Evan mendapat kabar bahwa Fina sedang dirawat di RSJ di Bogor karena mengalami stres berat sesudah suaminya selingkuh dan dia akhirnya meminta cerai. Evan mengunjunginya. Cinta mereka kembali merekah, namun kunjungan kedua Evan terhalang. Evan terjebak dalam tawuran siswa yang menyebabkan Evan terluka. Evan dirawat di RS yang sama dengan Fina. Pertemuan ini berakhir pada Evan menikahi Fina.


Teman-teman, ayo baca novelku....